Surah At Talaq Tafseer

Surah
Juz
Page
1
Al-Fatihah
The Opener
001
2
Al-Baqarah
The Cow
002
3
Ali 'Imran
Family of Imran
003
4
An-Nisa
The Women
004
5
Al-Ma'idah
The Table Spread
005
6
Al-An'am
The Cattle
006
7
Al-A'raf
The Heights
007
8
Al-Anfal
The Spoils of War
008
9
At-Tawbah
The Repentance
009
10
Yunus
Jonah
010
11
Hud
Hud
011
12
Yusuf
Joseph
012
13
Ar-Ra'd
The Thunder
013
14
Ibrahim
Abraham
014
15
Al-Hijr
The Rocky Tract
015
16
An-Nahl
The Bee
016
17
Al-Isra
The Night Journey
017
18
Al-Kahf
The Cave
018
19
Maryam
Mary
019
20
Taha
Ta-Ha
020
21
Al-Anbya
The Prophets
021
22
Al-Hajj
The Pilgrimage
022
23
Al-Mu'minun
The Believers
023
24
An-Nur
The Light
024
25
Al-Furqan
The Criterion
025
26
Ash-Shu'ara
The Poets
026
27
An-Naml
The Ant
027
28
Al-Qasas
The Stories
028
29
Al-'Ankabut
The Spider
029
30
Ar-Rum
The Romans
030
31
Luqman
Luqman
031
32
As-Sajdah
The Prostration
032
33
Al-Ahzab
The Combined Forces
033
34
Saba
Sheba
034
35
Fatir
Originator
035
36
Ya-Sin
Ya Sin
036
37
As-Saffat
Those who set the Ranks
037
38
Sad
The Letter "Saad"
038
39
Az-Zumar
The Troops
039
40
Ghafir
The Forgiver
040
41
Fussilat
Explained in Detail
041
42
Ash-Shuraa
The Consultation
042
43
Az-Zukhruf
The Ornaments of Gold
043
44
Ad-Dukhan
The Smoke
044
45
Al-Jathiyah
The Crouching
045
46
Al-Ahqaf
The Wind-Curved Sandhills
046
47
Muhammad
Muhammad
047
48
Al-Fath
The Victory
048
49
Al-Hujurat
The Rooms
049
50
Qaf
The Letter "Qaf"
050
51
Adh-Dhariyat
The Winnowing Winds
051
52
At-Tur
The Mount
052
53
An-Najm
The Star
053
54
Al-Qamar
The Moon
054
55
Ar-Rahman
The Beneficent
055
56
Al-Waqi'ah
The Inevitable
056
57
Al-Hadid
The Iron
057
58
Al-Mujadila
The Pleading Woman
058
59
Al-Hashr
The Exile
059
60
Al-Mumtahanah
She that is to be examined
060
61
As-Saf
The Ranks
061
62
Al-Jumu'ah
The Congregation, Friday
062
63
Al-Munafiqun
The Hypocrites
063
64
At-Taghabun
The Mutual Disillusion
064
65
At-Talaq
The Divorce
065
66
At-Tahrim
The Prohibition
066
67
Al-Mulk
The Sovereignty
067
68
Al-Qalam
The Pen
068
69
Al-Haqqah
The Reality
069
70
Al-Ma'arij
The Ascending Stairways
070
71
Nuh
Noah
071
72
Al-Jinn
The Jinn
072
73
Al-Muzzammil
The Enshrouded One
073
74
Al-Muddaththir
The Cloaked One
074
75
Al-Qiyamah
The Resurrection
075
76
Al-Insan
The Man
076
77
Al-Mursalat
The Emissaries
077
78
An-Naba
The Tidings
078
79
An-Nazi'at
Those who drag forth
079
80
Abasa
He Frowned
080
81
At-Takwir
The Overthrowing
081
82
Al-Infitar
The Cleaving
082
83
Al-Mutaffifin
The Defrauding
083
84
Al-Inshiqaq
The Sundering
084
85
Al-Buruj
The Mansions of the Stars
085
86
At-Tariq
The Nightcommer
086
87
Al-A'la
The Most High
087
88
Al-Ghashiyah
The Overwhelming
088
89
Al-Fajr
The Dawn
089
90
Al-Balad
The City
090
91
Ash-Shams
The Sun
091
92
Al-Layl
The Night
092
93
Ad-Duhaa
The Morning Hours
093
94
Ash-Sharh
The Relief
094
95
At-Tin
The Fig
095
96
Al-'Alaq
The Clot
096
97
Al-Qadr
The Power
097
98
Al-Bayyinah
The Clear Proof
098
99
Az-Zalzalah
The Earthquake
099
100
Al-'Adiyat
The Courser
100
101
Al-Qari'ah
The Calamity
101
102
At-Takathur
The Rivalry in world increase
102
103
Al-'Asr
The Declining Day
103
104
Al-Humazah
The Traducer
104
105
Al-Fil
The Elephant
105
106
Quraysh
Quraysh
106
107
Al-Ma'un
The Small kindnesses
107
108
Al-Kawthar
The Abundance
108
109
Al-Kafirun
The Disbelievers
109
110
An-Nasr
The Divine Support
110
111
Al-Masad
The Palm Fiber
111
112
Al-Ikhlas
The Sincerity
112
113
Al-Falaq
The Daybreak
113
114
An-Nas
Mankind
114

At-Talaq : 4

65:4
وَٱلَّٰٓـِٔىيَئِسْنَمِنَٱلْمَحِيضِمِننِّسَآئِكُمْإِنِٱرْتَبْتُمْفَعِدَّتُهُنَّثَلَٰثَةُأَشْهُرٍوَٱلَّٰٓـِٔىلَمْيَحِضْنَوَأُو۟لَٰتُٱلْأَحْمَالِأَجَلُهُنَّأَنيَضَعْنَحَمْلَهُنَّوَمَنيَتَّقِٱللَّهَيَجْعَللَّهُۥمِنْأَمْرِهِۦيُسْرًا ٤

Saheeh International

And those who no longer expect menstruation among your women - if you doubt, then their period is three months, and [also for] those who have not menstruated. And for those who are pregnant, their term is until they give birth. And whoever fears Allah - He will make for him of his matter ease.

Tafseer 'Tafsir Ibn Kathir' (IN)

Allah Swt. berfirman, menceritakan tentang idah bagi perempuan yang tidak haid lagi karena faktor usia yang telah lanjut, bahwa idah wanita yang demikian adalah tiga bulan sebagai ganti dari tiga quru yang ditetapkan atas perempuan yang berhaid, sesuai dengan apa yang telah ditunjukkan oleh surat Al-Baqarah yang menerangkannya. Demikian pula perempuan-perempuan yang belum mencapai usia balig, idah mereka sama dengan idah wanita-wanita yang tidak haid lagi, yaitu tiga bulan. Untuk itulah maka disebutkan oleh firman-Nya:

Dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi. (Ath-Thalaq: 4)

Adapun firman Allah Swt.:

jika kamu ragu-ragu (tentang masa idahnya). (Ath-Thalaq: 4)

Ada dua pendapat sehubungan dengan makna ayat ini.

Pendapat pertama dikatakan oleh sejumlah ulama Salaf, seperti Mujahid, Az-Zuhri, dan Ibnu Zaid, bahwa makna yang dimaksud ialah jika perempuan-perempuan itu melihat adanya darah, lalu kalian merasa ragu apakah darah itu adalah darah haid ataukah darah istihadah (penyakit keputihan), sedangkan kalian bimbang memutuskannya.

Pendapat yang kedua mengatakan bahwa jika kamu merasa ragu mengenai hukum idah mereka dan kamu tidak mengetahuinya, maka idahnya adalah tiga bulan. Pendapat ini diriwayatkan dari Sa'id ibnu Jubair, dan dipilih oleh Ibnu Jarir.

Pendapat ini lebih jelas pengertiannya dan Ibnu Jarir memperkuat pendapatnya ini dengan sebuah hadis yang diriwayatkan dari Abu Kuraib dan Abus Sa'id, keduanya mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Ibnu Idris, telah menceritakan kepadaku Mutarrif, dari Amr ibnu Salim yang mengatakan bahwa Ubay ibnu Ka'b pernah bertanya kepada Rasulullah Saw., "Wahai Rasulullah, sesungguhnya ada beberapa macam wanita yang tidak disebutkan idahnya di dalam Kitabullah, yaitu perempuan yang belum balig, perempuan yang telah lanjut usia, dan perempuan yang sedang hamil. Amr ibnu Salim melanjutkan, bahwa lalu Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi di antara perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa idahnya), maka idah mereka adalah tiga bulan, dan begitu (pula) perempuan-perempuan yang tidak haid. Dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu idah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya. (Ath-Thalaq: 4)

Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan hadis ini dengan konteks yang lebih rinci daripada hadis di atas. Untuk itu ia mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnul Mugirah, telah menceritakan kepadaku Jarir, dari Mutarrif, dari Umar ibnu Salim, dari Ubay ibnu Ka'b yang mengatakan bahwa ia pernah bertanya kepada Rasulullah Saw. bahwa sesungguhnya sejumlah orang dari penduduk Madinah ketika diturunkan surat Al-Baqarah yang menceritakan hukum idah kaum wanita, mereka mengatakan, "Sesungguhnya masih ada beberapa macam wanita yang tidak disebutkan di dalam Al-Qur'an, yaitu perempuan yang masih kecil, perempuan yang telah lanjut usia, dan perempuan yang tidak berhaid lagi, serta perempuan yang sedang hamil." Ubay ibnu Ka'b melanjutkan, bahwa lalu diturunkanlah ayat mengenai sejumlah wanita yang tidak disebutkan itu, yaitu firman-Nya: Dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi di antara perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa idahnya), maka idah mereka adalah tiga bulan; dan begitu (pula) perempuan-perempuan yang tidak haid. (Ath-Thalaq: 4)

Adapun firman Allah Swt.:

Dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu idah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya. (Ath-Thalaq: 4)

Allah Swt. berfirman bahwa wanita yang hamil itu masa idahnya ialah sampai melahirkan kandungannya, sekalipun bersalinnya itu terjadi sesudah talak dijatuhkan atau sesudah ditinggal mati suaminya dalam jarak tenggang waktu yang tidak lama. Ini menurut pendapat jumhur ulama Salaf dan Khalaf, sebagaimana yang di-nas-kan oleh ayat yang mulia ini dan juga sebagaimana yang dijelaskan oleh sunnah nabawiyah.

Tetapi telah diriwayatkan dari Ali dan Ibnu Abbas, bahwa keduanya berpendapat sehubungan dengan wanita yang ditinggal mati oleh suaminya, bahwa ia menjalani idahnya berdasarkan salah satu dari dua masa yang lebih lama (panjang) antara melahirkan kandungannya atau berdasarkan perhitungan bulan, karena berdasarkan ayat ini dan ayat yang ada di dalam surat Al-Baqarah.

Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Hafs, telah menceritakan kepada kami Syaiban, dari Yahya yang menceritakan bahwa telah menceritakan kepadaku Abu Salamah, bahwa pernah seorang lelaki datang kepada Ibnu Abbas yang saat itu Abu Hurairah r.a. sedang duduk di tempat yang sama. Maka lelaki itu bertanya, "Berikanlah fatwa kepadaku tentang seorang wanita yang melahirkan bayinya sesudah ditinggal mati suaminya dalam tenggang waktu empat puluh hari." Ibnu Abbas menjawab, "Wanita itu menjalani idahnya selama masa yang paling panjang di antara kedua masa (jarak melahirkan atau perhitungan bulan yaitu empat bulan sepuluh hari, mana yang paling lama di antara keduanya)." Maka Abu Salamah mengatakan, "Menurutku masa idahnya adalah seperti yang disebutkan oleh firman-Nya: 'Danperempuan-perempuan yang hamil, waktu idah mereka itu ialah stimpai mereka melahirkan kandungannya' (Ath-Thalaq: 4) Maka Abu Hurairah memotong, "Aku sependapat dengan anak saudaraku," yakni sependapat dengan Abu Salamah. Lalu Ibnu Abbas mengirimkan pelayannya (si Karib) kepada Ummu Salamah untuk menanyakan masalah ini kepadanya. Maka Ummu Salamah menjawab, "Subai'ah Al-Aslami ditinggal mati oleh suaminya yang terbunuh, sedangkan ia dalam keadaan hamil. Dan selang empat puluh hari sesudah kematian suaminya itu Subai'ah melahirkan kandungannya. Lalu ia dilamar, maka Rasulullah Saw mengawinkannya dengan lelaki lain; di antara mereka yang melamarnya adalah Abus Sanabil."

Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam tafsir ayat ini secara ringkas. Tetapi Imam Muslim dan para pemilik kitab hadis lainnya telah meriwayatkannya dengan panjang lebar melalui berbagai jalur lainnya.

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Usamah, telah menceritakan kepadaku Hisyam, dari ayahnya, dari Al-Miwar ibnu Makhramah, bahwa Subai'ah Al-Aslamiyah ditinggal mati oleh suaminya dalam keadaan mengandung. Tidak berapa lama—yakni selang beberapa hari kemudian— ia melahirkan kandungannya, kemudian setelah bersih dari nifasnya ia dilamar. Maka ia meminta izin kepada Rasulullah Saw. untuk menikah. Beliau Saw. mengizinkannya, lalu ia menikah.

Imam Bukhari telah meriwayatkan hadis ini di dalam kitab sahihnya, juga Imam Muslim, Imam Abu Daud, Imam Nasai, dan Imam Ibnu Majah melalui berbagai jalur dari Subai'ah Al-Aslamiyah. Seperti yang dikatakan oleh Muslim ibnul Hajjaj, bahwa telah menceritakan kepadaku Abut Tahir, telah menceritakan kepadaku Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Yunus ibnu Yazid, dari Ibnu Syihab, telah menceritakan kepadaku Ubaidillah ibnu Abdullah ibnu Atabah, bahwa ayahnya pernah berkirim surat kepada Umar ibnu Abdullah ibnul Arqam Az-Zuhri yang memerintahkan kepadanya agar menemui Subai'ah bintil Haris Al-Aslamiyyah dan menanyakan kepadanya mengenai hadis yang dialaminya dan apa yang disabdakan oleh Rasulullah Saw. kepadanya saat ia meminta fatwa kepadanya.

Maka Umar ibnu Abdullah membalas suratnya yang isinya memberitakan bahwa Subai'ah telah menceritakan kepadanya bahwa dahulu ia menjadi istri Sa'd ibnu Khaulah, dia adalah salah seorang yang ikut dalam Perang Badar, Lalu Sa'd meninggal dunia di masa haji wada', sedangkan ia dalam keadaan mengandung. Tidak lama kemudian sepeninggal suaminya, ia melahirkan kandungannya. Setelah habis masa nifasnya, ia merias dirinya dan siap untuk dipinang, lalu Abus Sanabil ibnu Ba'kak masuk menemuinya dan bertanya kepadanya, "Kulihat engkau sekarang telah merias dirimu, rupanya engkau ingin menikah lagi. Demi Allah, sesungguhnya engkau tidak boleh menikah sebelum menjalani masa idahmu, yaitu empat bulan sepuluh hari."

Subai'ah melanjutkan kisahnya, bahwa setelah ia mendengar perkataan Abus Sanabil itu, maka pada petang harinya ia mengemasi pakaiannya dan datang mertghadap kepada Rasulullah Saw., lalu menanyakan kepadanya tentang hal tersebut. Maka Rasulullah Saw. memberikan fatwa kepadanya bahwa dia telah halal sejak melahirkan kandungannya, dan menganjurkan kepadanya untuk kawin jika ia menghendakinya. Demikianlah menurut lafaz yang ada pada Imam Muslim. Imam Bukhari meriwayatkannya secara ringkas. Kemudian Imam Bukhari sesudah meriwayatkan hadis yang pertama mengetengahkan hadis ini pada tafsir ayat ini.

Abu Sulaiman ibnu Harb dan Abun Nu'man mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Zaid, dari Ayyub, dari Muhammad ibnu Sirin yang mengatakan, bahwa aku berada di dalam suatu halqah (pengajian) yang di dalamnya terdapat Abdur Rahman ibnu Abu Laila; murid-muridnya sangat menghormatinya, lalu ia menyinggung tentang salah satu di antara dua masa idah yang paling terakhir. Maka aku utarakan hadis Subai'ah bintil Haris, dari Abdullah ibnu Atabah, dan ternyata salah seorang muridnya merasa tidak senang terhadapku. Maka aku tanggap terhadap situasi itu, lalu aku berkata kepadanya, "Sesungguhnya aku benar-benar berani bila melakukan kedustaan terhadap Abdullah, karena dia berada jauh di kota Kufah." Akhirnya muridnya itu malu, dan berkata, "Tetapi pamannya tidak mengatakan demikian," kilahnya. Lalu aku menemui Abu Atiyyah alias Malik ibnu Amir, dan kutanyakan kepadanya masalah tersebut, maka ia menceritakan kepadaku hadis Subai'ah. Dan aku bertanya, "Apakah engkau pernah mendengar dari Abdullah sesuatu hadis mengenai Subai'ah?" Lalu Malik ibnu Amir menjawab, bahwa ketika kami berada di rumah Abdullah, lalu ia berkata, "Apakah kalian menjadikan baginya sanksi yang memberatkan dan tidak menjadikannya baginya sanksi yang ringan? Bukankah telah diturunkan masa idah yang pendek bagi wanita sesudah diturunkan masa idah yang panjang?" Yaitu firman-Nya: Dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu idah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya. (Ath-Thalaq: 4)

Ibnu Jarir telah meriwayatkannya melalui jalur Sufyan ibnu Uyaynah dan Ismail ibnu Aliyyah, dari Ayyub dengan sanad yang sama, tetapi lebih singkat. Imam Nasai meriwayatkannya di dalam kitab tafsirnya, dari Muhammad ibnu Abdul A'la, dari Khalid ibnul Haris, dari Ibnu Aun, dari Muhammad ibnu Sirin, lalu disebutkan hal yang semisal.

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Zakaria ibnu Yahya ibnu Aban Al-Masri, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Abu Maryam, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja'far, telah menceritakan kepadaku Ibnu Syubramah Al-Kufi, dari Ibrahim, dari Alqamah ibnu Qais, bahwa Abdullah ibnu Mas'ud pernah mengatakan bahwa ia berani bersumpah dengan siapa pun bahwa ayat ini, yaitu firman-Nya: Dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu idah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya. (Ath-Thalaq: 4) tidak diturunkan kecuali sesudah ayat yang menerangkan wanita yang ditinggal mati oleh suaminya. Ibnu Mas'ud melanjutkan bahwa apabila wanita yang hamil dan telah ditinggal mati oleh suaminya itu telah bersalin, maka ia telah halal untuk melakukan pernikahan. Yang dimaksud dengan ayat yang menerangkan wanita yang ditinggal mati oleh suaminya adalah firman Allah Swt.: Orang-orang yang meninggal dunia di antaramu dengan meninggalkan istri-istri (hendaklah para istri itu) menangguhkan dirinya (beridah) empat bulan sepuluh hari. (Al-Baqarah: 234)

Imam Nasai telah meriwayatkannya melalui hadis Sa'id ibnu Abu Maryam dengan sanad yang sama. Kemudian Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Mani', telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ubaid, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Abu Khalid, dari Asy-Sya'bi yang mengatakan bahwa pernah diceritakan di hadapan Ibnu Mas'ud tentang salah satu dari masa idah yang terakhir, maka Ibnu Mas'ud mengatakan bahwa ia berani bersumpah dengan siapa pun atas nama Allah, bahwa sesungguhnya surat Ath-Thalaq ini diturunkan sesudah ayat wanita yang ditinggal mati oleh suaminya yang idahnya empat bulan sepuluh hari. Kemudian Ibnu Mas'ud mengatakan bahwa selesainya masa idah wanita yang hamil ialah bila ia telah bersalin.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Sinan Al-Wasiti, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Mahdi, dari Sufyan, dari Al-A'masy, dari Abud Duha, dari Masruq yang menceritakan bahwa telah sampai kepada Ibnu Mas'ud bahwa Ali r.a. mengatakan salah satu dari dua masa idah yang terakhir. Maka Ibnu Mas'ud mengatakan bahwa dia berani bersumpah demi kebenaran terhadap siapa pun, bahwa sesungguhnya ayat berikut, yaitu firman-Nya: Dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu idah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya. (Ath-Thalaq: 4) diturunkan sesudah surat Al-Baqarah ayat 234.

Imam Abu Daud dan Imam Ibnu Majah meriwayatkannya melalui hadis Mu'awiyah, dari Al-A'masy.

Abdullah ibnu Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Abu Bakar Al-Maqdami, telah menceritakan kepadaku Abdul Wahhab As-Saqafi, telah menceritakan kepadaku Al-Musanna, dari Amr ibnu Syu'aib, dari ayahnya, dari Abdullah ibnu Amr, dari Ubay ibnu Ka'b yang menceritakan bahwa ia bertanya kepada Nabi Saw. mengenai makna firman-Nya: Dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu idah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya. (Ath-Thalaq: 4) Apakah yang dimaksud adalah wanita yang diceraikan tiga kali, ataukah wanita yang ditinggal mati suaminya? Maka Nabi Saw. menjawab, bahwa keduanya termasuk ke dalam pengertian ayat ini, yakni wanita yang diceraikan tiga kali dan juga yang ditinggal mati oleh suaminya.

Hadis ini garib sekali, bahkan munkar, karena di dalam sanadnya terdapat Al-Musanna ibnus Sabah yang hadisnya sama sekali tidak terpakai.

Tetapi Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan melalui sanad lain, untuk itu ia mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Daud As-Samani, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Khalid Al-Harrani, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, dari Amr ibnu Syu'aib, dari Sa'id ibnul Musayyab, dari Ubay ibnu Ka'b, bahwa ketika ayat ini diturunkan Ubay ibnu Ka'b berkata kepada Rasulullah Saw., "Aku tidak mengetahui apakah makna ayat ini musytarakah (persekutuan) ataukah mubhamah (misteri)." Rasulullah Saw. bertanya, "Ayat yang mana?" Ubay ibnu Ka'b menjawab: waktu idah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya. (Ath-Thalaq: 4) Apakah yang dimaksud adalah wanita yang ditinggal mati suaminya dan wanita yang ditalak habis-habisan (tiga kali)?" Rasulullah Saw. bersabda, "Ya, seperti itu."

Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, dari Abu Kuraib, dari Musa ibnu Daud, dari Ibnu Lahi'ah dengan sanad yang sama. Kemudian Ibnu Jarir meriwayatkannya pula dari Abu Kuraib, dari Malik ibnu Ismail, dari Ibnu Uyaynah, dari Abdul Karim ibnu Abul Makhariq, bahwa ia pernah menceritakan hadis berikut dari Ubay ibnu Ka'b yang mengatakan bahwa ia pernah bertanya kepada Rasulullah Saw. tentang makna firman Allah Swt.: Dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu idah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya. (Ath-Thalaq: 4) Maka Rasulullah Saw. menjawab: Batas terakhir idah wanita yang hamil ialah bila ia melahirkan kandungannya.

Abdul Karim orangnya daif dan tidak menjumpai masa Ubay.

Firman Allah Swt.:

Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya. (Ath-Thalaq: 4)

Yakni memudahkan urusannya dan mengadakan baginya penyelesaian dan jalan keluar yang dekat (tidak lama).

Quran Mazid
go_to_top
Quran Mazid
Surah
Juz
Page
1
Al-Fatihah
The Opener
001
2
Al-Baqarah
The Cow
002
3
Ali 'Imran
Family of Imran
003
4
An-Nisa
The Women
004
5
Al-Ma'idah
The Table Spread
005
6
Al-An'am
The Cattle
006
7
Al-A'raf
The Heights
007
8
Al-Anfal
The Spoils of War
008
9
At-Tawbah
The Repentance
009
10
Yunus
Jonah
010
11
Hud
Hud
011
12
Yusuf
Joseph
012
13
Ar-Ra'd
The Thunder
013
14
Ibrahim
Abraham
014
15
Al-Hijr
The Rocky Tract
015
16
An-Nahl
The Bee
016
17
Al-Isra
The Night Journey
017
18
Al-Kahf
The Cave
018
19
Maryam
Mary
019
20
Taha
Ta-Ha
020
21
Al-Anbya
The Prophets
021
22
Al-Hajj
The Pilgrimage
022
23
Al-Mu'minun
The Believers
023
24
An-Nur
The Light
024
25
Al-Furqan
The Criterion
025
26
Ash-Shu'ara
The Poets
026
27
An-Naml
The Ant
027
28
Al-Qasas
The Stories
028
29
Al-'Ankabut
The Spider
029
30
Ar-Rum
The Romans
030
31
Luqman
Luqman
031
32
As-Sajdah
The Prostration
032
33
Al-Ahzab
The Combined Forces
033
34
Saba
Sheba
034
35
Fatir
Originator
035
36
Ya-Sin
Ya Sin
036
37
As-Saffat
Those who set the Ranks
037
38
Sad
The Letter "Saad"
038
39
Az-Zumar
The Troops
039
40
Ghafir
The Forgiver
040
41
Fussilat
Explained in Detail
041
42
Ash-Shuraa
The Consultation
042
43
Az-Zukhruf
The Ornaments of Gold
043
44
Ad-Dukhan
The Smoke
044
45
Al-Jathiyah
The Crouching
045
46
Al-Ahqaf
The Wind-Curved Sandhills
046
47
Muhammad
Muhammad
047
48
Al-Fath
The Victory
048
49
Al-Hujurat
The Rooms
049
50
Qaf
The Letter "Qaf"
050
51
Adh-Dhariyat
The Winnowing Winds
051
52
At-Tur
The Mount
052
53
An-Najm
The Star
053
54
Al-Qamar
The Moon
054
55
Ar-Rahman
The Beneficent
055
56
Al-Waqi'ah
The Inevitable
056
57
Al-Hadid
The Iron
057
58
Al-Mujadila
The Pleading Woman
058
59
Al-Hashr
The Exile
059
60
Al-Mumtahanah
She that is to be examined
060
61
As-Saf
The Ranks
061
62
Al-Jumu'ah
The Congregation, Friday
062
63
Al-Munafiqun
The Hypocrites
063
64
At-Taghabun
The Mutual Disillusion
064
65
At-Talaq
The Divorce
065
66
At-Tahrim
The Prohibition
066
67
Al-Mulk
The Sovereignty
067
68
Al-Qalam
The Pen
068
69
Al-Haqqah
The Reality
069
70
Al-Ma'arij
The Ascending Stairways
070
71
Nuh
Noah
071
72
Al-Jinn
The Jinn
072
73
Al-Muzzammil
The Enshrouded One
073
74
Al-Muddaththir
The Cloaked One
074
75
Al-Qiyamah
The Resurrection
075
76
Al-Insan
The Man
076
77
Al-Mursalat
The Emissaries
077
78
An-Naba
The Tidings
078
79
An-Nazi'at
Those who drag forth
079
80
Abasa
He Frowned
080
81
At-Takwir
The Overthrowing
081
82
Al-Infitar
The Cleaving
082
83
Al-Mutaffifin
The Defrauding
083
84
Al-Inshiqaq
The Sundering
084
85
Al-Buruj
The Mansions of the Stars
085
86
At-Tariq
The Nightcommer
086
87
Al-A'la
The Most High
087
88
Al-Ghashiyah
The Overwhelming
088
89
Al-Fajr
The Dawn
089
90
Al-Balad
The City
090
91
Ash-Shams
The Sun
091
92
Al-Layl
The Night
092
93
Ad-Duhaa
The Morning Hours
093
94
Ash-Sharh
The Relief
094
95
At-Tin
The Fig
095
96
Al-'Alaq
The Clot
096
97
Al-Qadr
The Power
097
98
Al-Bayyinah
The Clear Proof
098
99
Az-Zalzalah
The Earthquake
099
100
Al-'Adiyat
The Courser
100
101
Al-Qari'ah
The Calamity
101
102
At-Takathur
The Rivalry in world increase
102
103
Al-'Asr
The Declining Day
103
104
Al-Humazah
The Traducer
104
105
Al-Fil
The Elephant
105
106
Quraysh
Quraysh
106
107
Al-Ma'un
The Small kindnesses
107
108
Al-Kawthar
The Abundance
108
109
Al-Kafirun
The Disbelievers
109
110
An-Nasr
The Divine Support
110
111
Al-Masad
The Palm Fiber
111
112
Al-Ikhlas
The Sincerity
112
113
Al-Falaq
The Daybreak
113
114
An-Nas
Mankind
114
Settings